Selasa, 14 Februari 2012

Sebuah cerita di hari Valentine

Ibu bersama anak ( internet / pandji99.wordpress.com)
Pagi yang cerah dengan hembusan angin yang begitu segar terasa, memberikan kenikmatan tersendiri pada makhluk yang ada di dunia. Terima kasih Tuhan karena engkau memberikan nikmat dan kesempatan sehingga saya masih bisa menikmati sisa usia yang engkau berikan.

Awal pagi di hari kasih sayang ini, memberikan cerita tersendiri. Ibu-ibu mulai pulang menuju rumah mereka setelah melakukan transaksi pembelian makanan untuk sarapan pagi anak-anak serta suaminya dan juga melakukan transaksi pembelian sayur-sayuran serta bahan pokok lainnya yang akan dicampur dan dimasak guna dinikmati bersama keluarga bahagia mereka pada siang hari nanti dan bahkan sampai makan malam nanti.

Kemudian, ada juga sebagian bapak-bapak yang sudah rela keluar rumah di pagi hari yang masih dingin ini, mencari rezeki yang halal demi istri dan anak-anak mereka. Mereka tidur di akhir malam dan bangun diawal pagi, itu semua dilakukan demi istri dan anak tercinta dengan harapan agar sang anak memiliki kehidupan yang lebih baik dari dirinya dimasa depan.

Selain itu, parah ayah dan juga para ibu ada yang sudah mengantarkan anaknya yang akan meraih ilmu pengetahuan. Menggunakan sepeda butut dan motor butut, mereka lalui selangkah demi selangkah dengan semangat dan suatu keyakinan bahwa sang anak akan memperoleh hari esok yang lebih indah. Ya, semua itu mereka lakukan karena rasa kasih dan sayang mereka kepada anaknya.

Namun sayang, rasa kasih sayang dan harapan tersebut terkadang harus hancur ditengah jalan ketika sang anak yang berjenis kelamin wanita, sudah mengalami masa remaja. Masa dimana sang anak sudah mengenal rasa suka terhadap lawan jenis yang kemudian pada akhirnya ingin bersama dengan lawan jenis tersebut melalui status pacaran.

Pacaran, sebuah status yang dilarang namun seolah-olah menjadi diizinkan dikarenakan pemahaman yang kurang baik dari orang tua, masyarakat, dan juga sang anak dalam hal cinta yang sebenarnya dan juga tentang hakikat menjalin hubungan yang diberkahi.

Tidak sedikit suatu keadaan yang kita dapatkan setelah kita menyaksikan akibat dari mereka yang terlalu bebas dalam menjalankan pergaulan dengan lawan jenis. Padahal, Tuhan telah mengatur mengenai batasan-batasan seseorang dengan lawan jenisnya. Jikalau seseorang melanggar aturan tersebut, maka kehamilan akan menjadi akibat dari perbuatan tersebut.

Jika kehamilan diakibatkan penerapan dari cinta yang salah telah datang, maka penyesalan yang akan datang menghinggapi jiwa. Semua kerja keras yang dilakukan dan diberikan kepada anak sejak kecil hingga mereka remaja atau pun dewasa, maka akan menjadi sia-sia. Perjuangan mencari rezeki dari awal pagi sampai akhir malam, akan pudar rasanya. Pengorbanan mengantarkan anak memperoleh pengetahuan demi masa depan yang lebih baik, maka akan menjadi percuma saja. Semua itu menjadi hilang tanpa bekas dikarenakan membiarkan anak-anak menjalani rasa cinta yang salah terhadap lawan jenis.

Setiap anak manusia pasti mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis. Keadaan tersebut normal bagi manusia. Namun, sangat tidak beruntung rasanya jikalau ketertarikan itu harus dirangkai dalam status pacaran. Rasa ketertarikan itu hanya pantas diungkapkan kepada orang yang kita sukai dengan tujuan memberitahukan kepada orang tersebut bahwa kita menyukainya. Namun, tidak untuk menjalin rasa kasing sayang melalui status berpacaran.

Jikalau memang rasa itu ingin dijalankan dengan serius, maka pernikahanlah yang terbaik. Tentunya dengan konsekuensi mereka akan saling menerima segala kekurangan dan kelebihan masing-masing dan bertanggung jawab untuk menjalin sebuah hubungan yang kekal dan diberkahi sampai maut memisahkan mereka.

Sebuah penerapan kasih sayang yang indah di pagi hari kasih sayang ini. Semoga saja mereka yang saya lihat di jalan raya pagi hari ini, mendapatkan perlindungan darn Tuhan yang maha esa, selamanya dan pada akhirnya dipertemukan dengan pasang hidup yang telah ditetapkan Tuhan dan menjalin rasa cinta serta kasih sayang yang berkah melalui pernikahan tanpa harus melalui status pacaran terlebih dahulu.

Senin, 13 Februari 2012

Harga Keperawanan, 8.000 rupiah

Setiap wanita yang ada di bumi ini, pasti akan sepakat bahwa keperawanan adalah sesuatu keadaan yang sangat berharga dan akan dipertahankan sampai proses akad nikah terjadi sehingga bisa diserahkan kepada seorang lelaki yang telah sah menjadi suaminya nanti.

Namun, akibat pergaulan yang sudah sangat bebas, pada saat ini sepertinya keperawanan sudah lagi menjadi tidak berharga bagi sebagian besar wanita. Atas dasar cinta yang palsu, seorang wanita bisa menyerahkan keperawanannya kepada lelaki yang statusnya hanyalah pacar, bukan suami yang sah.

Coba kita liat disekitar lingkungan tempat tinggal kita. Betapa banyak wanita muda yang berjalan mesra dengan lelaki yang bukan merupakan suaminya. Dia merasa bebas memeluk lelaki tersebut dan menempelkan payudaranya kepada sang lelaki, seolah-olah merasa bahwa dunia ini milik mereka dan seolah-olah merasa bahwa kehidupan di dunia ini tidak akan mendapatkan perhitungan ketika telah mati nanti.

Setiap lelaki yang normal, pasti akan bangkit gairah seksualnya ketika payudara seorang wanita menempel lama pada diri seorang lelaki. Lelaki tersebut akan menikmati setiap detik waktu yang berlalu. Bahkan, bukan tidak mungkin sang lelaki akan mengkhayalkan hal yang jauh dari sekedar payudara yang menempel di punggungnya.

Biasanya, ketika seorang wanita sudah mau menempelkan payudaranya ke punggung sang lelaki, maka sang lelaki yang mendapatkan sebutan sebagai pacar tersebut, mulai menyusun rencana agar mendapatkan sesuatu hal yang lebih dari itu. Biasanya, sang lelaki akan mengajak sang wanita makan-makan, minimal makan bakso seharga 8.000 rupiah guna melancarkan rencana tersebut.

Setelah sang wanita merasa diperhatikan, disayangi, dan mendapatkan traktiran dari sang lelaki, maka lelaki tersebut akan lebih mudah mendapatkan kenikmatan tubuh sang wanita. Awalnya kissing, raba meraba, dan akhirnya berhubungan seksual hingga akhirnya hilanglah keperawanan yang seharusnya diserahkan kepada lelaki yang telah mendapatkan status sah sebagai pendamping hidup, yaitu suami.

Ketika seorang lelaki telah mendapatkan kenikmatan tubuh wanita atau kenikmatan berhubungan seksual dengan pacarnya, maka dia akan mengulangi hingga merasa bosan. Kemudian, setelah merasa bosan, biasanya sang lelaki mencari cara dan alasan sehingga bisa memutuskan pacarnya. Ketika telah diputuskan cinta oleh sang lelaki, maka yang tinggal hanyalah penyesalan pada diri sang wanita.

Beruntung jika sang wanita tidak hamil. Bagaiman jika sang wanita hamil dan ditinggalkan oleh sang pacar karena tidak mau bertanggung jawab? Maka jawabannya adalah kebingungan yang berujung pada aborsi, bunuh diri, atau menerima keadaan bahwa sang wanita hamil tanpa adanya pernikahan dan sang anak nantinya tidak ada ayah.

Kejadian seperti ini sebenarnya sudah berhamburan di depan mata kita. Betapa banyak proses pernikahan yang dilakukan karena sang pengantin telah hamil duluan atau dalam istilah asing disebut dengan Married By Accident (MBA). Tetapi karena kita merasa pintar, kita tidak mau mengambil pelajaran dari kejadian orang lain sehingga akhirnya diantara kita pun ada yang mengalami kejadian seperti itu.

Lantas bagaimana solusinya? Sebenarnya solusinya sangat mudah sekali, yaitu Jangan Pacaran. Itulah solusi yang sangat jitu agar tidak menjadi korban dari lelaki yang hanya ingin menikmati tubuh wanita dengan mengatasnamakan pacaran.

Orang tua, seharusnya menerapkan nilai-nilai agama didalam kehidupan rumah tangga. Kemudian, sang anak pun sejak kecil harus diajarkan dengan niilai-nilai agama. Setelah itu, ketika sang anak telah masuk dalam sebuah lingkungan bermasyarakat, maka seharusnya masyarakat menjadi pengawas bagi mereka. Jangan ada kalimat dia bukan anak atau keluarga saya, sehingga kita membebaskan mereka melakukan apa saja. Kalau sampai kalimat dia bukan anak atau keluarga saya, menjadi prinsip dari setiap orang, maka kejadian seperti yang kita lihat dan rasakan pada saat ini, akan menjadi seperti ini secara terus menerus.

Terakhir, mari kita memperbaiki diri sendiri dan memohon perlindungan kepada Tuhan dari godaan setan yang terkutuk. Tulisan saya ini bukan karena saya merasa paling suci. Tetapi saya hanya menyampaikan apa yang diceritakan oleh teman-teman yang melakukan pacaran dan saya mencoba merumuskan solusi setelah berbincang-berbincang dengan mereka. Tidak ada manusia yang tidak pernah salah di dunia ini. Namun, sebagai manusia yang berakal, tentunya kita tidak mau jatuh ke jurang lagi untuk kedua kalinya. Mari kita jaga diri kita, keluarga kita, dan anak-anak kita dari siksa api neraka.

Siti, sebuah nama sebuah cerita

Hidup ini terkadang memang tidak mudah. Kita perlu mempersiapkan perencanaan yang matang guna mengalahkan kesulitan yang akan menghadang perjalanan kita. Mungkin itulah sebuah kesimpulan yang saya dapatkan setelah memperhatikan kisah hidup dari seorang teman yang kini berada di Malaysia yang kabarnya menjadi seorang pembantu rumah tangga.

Siti, biasanya saya memanggil nama teman saya itu. Dia tiga tahun lebih tua dari saya dan terlahir dalam kondisi keadaan yang bisa dikatakan pas-pasan ekonominya. Ayahnya bekerja sebagai pandai besi dan ibunya sebagai pedagang gorengan.

Siti mungkin termasuk beruntung karena berhasil menyelesaikan pendidikan sampai sekolah menengah atas dengan kerja keras orang tuanya dan tentunya kerja keras dari Siti sendiri. Setelah tamat dari sekolah menengah atas, Siti langsung mencoba melamar pekerjaan dan hingga pada akhirnya dia bekerja di luar pulau Sumatera serta harus berpisah dengan orang tuanya.

Cukup lama Siti bekerja di pulau tersebut. Sementara usia ibunya yang sudah tua, ternyata juga mempengaruhi kondisi fisik orang tuanya. Ayahnya sudah tidak bisa lagi bekerja sebagai pandai besi dan akhirnya menemani sang istri berjualan gorengan.

Hari berganti hari, rasa kangen terhadap anak kandung pun semakin bertambah. Namun rasa kangen ini lebih sering dikubur dalam-dalam karena orang tua Siti tidak mempunyai alat komunikasi untuk menghubungi sang anak tercinta. Jangankan untuk membeli alat komunikasi, untuk makan sehari-hari saja harus dicukup-cukupkan.

Mungkin sudah digariskan oleh Tuhan, saya yang sebelumnya juga tidak punya alat komunikasi, akhirnya diberi alat komunikasi berupa handphone nokia versi lama oleh kakak angkat saya. Walaupun tidak terlalu mahal, namun sangat berguna bagi saya dan juga orang tua Siti. Jadi, handphone tersebut terkadang saya pinjamkan kepada orang tua Siti sehingga bisa mengobati rasa kangen pada anaknya walau hanya lewan suara.

Waktu pun terus berlalu hingga akhirnya Siti mendapatkan seorang lelaki yang akan menikahinya. Tentunya, rasa senang dan bahagia bercampur dengan rasa sedih, hinggap di hati orang tua Siti. Mereka senang karena sang anak telah kembali dan akan menikah. Tetapi juga sedih karena sang anak tidak akan bekerja lagi dan kemudian berpisah kembali karena sang anak akan mengikuti suaminya ke pulau yang terkenal sangat padat jumlah penduduknya.

Hari bahagia tersebut telah dilalui, maka datanglah hari perpisahan tersebut. Siti akhirnya ikut suaminya ke pulau yang sangat diminati banyak orang karena katanya menjanjikan banyak pekerjaan. Sejalan dengan bergantinya waktu, kini Siti telah mempunyai anak dan sudah berusia kurang lebih empat tahun.

Pernikahan, ternyata tidak selamanya indah. Ada hal=hal yang membutuhkan kedewasaan sikap dari masing-masing orang. Selain itu, pernikahan juga ada ilmunya. Saya pun mendapatkan kabar bahwa Siti ternyata telah cerai dengan suaminya dengan alasan yang tidak saya ketahui dan saya pun tidak ingin terlalu jauh mengetahuinya karena itu merupakan privasi mereka.

Sebelum kabar tentang perceraian tersebut terdengar di telinga saya, saya telah mendapatkan kabar bahwa Siti ternyata telah menjadi tenaga kerja Indonesia di Malaysia guna mencari uang. Siti menjadi pembantu rumah tangga di Negara serumpun itu.

Kini, orang tua Siti hanya bisa bersedih. Dia bersedih karena sang anak ternyata memilih untuk pergi merantau ke Negara lain daripada pulang kembali ke tempat tinggal orang tuanya. Selain itu, orang tua siti juga bersedih karena anaknya Siti tidak mau diajak tinggal bersama dengan orang tua Siti dikarenakan tidak terlalu mengenal orang tua siti. Memang, orang tua siti tidak terlalu sering mengunjungi anaknya siti dikarenakan jarak yang cukup jauh dan juga biaya yang cukup besar untuk melakukan perjalanan ke tempat sang menantu.

Kabar terbaru yang saya dapatkan, ternyata ibunya Siti sedang sakit. Beliau sakit karena terlalu memikirkan anaknya yang berada jauh di negeri orang dan juga kefikiran cucunya yang tidak mau ikut dirinya pulang ke Palembang.

Sampai pada posisi ini, saya tidak bisa terlalu banyak membantu. Saya hanya memohon kepada Tuhan agar segera memberikan kesembuhan kepada orang tua Siti dan Siti diberikan dana dan juga jalan sehingga Siti bisa pulang ke Indonesia dan menetap bersama ibunya, hingga kemudian memulai kehidupan yang baru guna menjadi lebih baik lagi.

Selain itu, saya juga bisa berdo’a agar para pemimpin bangsa ini sadar bahwa sebenarnya rakyat sedang kesusahan menjalani hidup sebagai rakyat Indonesia. Sementara para pemimpinya berpoya-poya dan sibuk dengan pencitraan. Semoga Tuhan segera memberikan pengganti para pemimpin yang suka mementingkan diri mereka pribadi dan juga golongan mereka dengan pemimpin yang memikirkan kesejahteraan rakyatnya sehingga akan berusaha sekuat tenaga membantu menjadi perantara Tuhan agar rakyat Indonesia menjadi adil, sejathera, madani, makmur, bermartabat, serta beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT Tuhan yang maha esa.

Politikus sama dengan setan?

Tahun ini, merupakan tahun ketiga atau tahun pertengahan dari perburuhan lima tahunan memperebutkan suara rakyat. Sudah dua tahun dilalui, dan sudah selama dua tahun itu pula rakyat Indonesia menikmati kepemimpinan dari orang-orang yang mereka berikan mandatnya. Dua tahun lagi, perlombaan itu kembali dilakukan. Jikalau pemimpin yang dipilih pada dua tahun yang lalu melaksanakan tugas dengan baik dan benar, maka besar kemungkinan akan dipilih kembali dipilih. Jika tidak, maka selamat tinggal.

Tidak sedikit orang-orang yang mengikuti perlombaan lima tahunan tersebut melakukan segala cara untuk mendapatkan suara rakyat. Biasanya mereka melakukan dengan cara merayu, memberikan uang, atau bahkan menggunakan jasa dukun untuk memperlancarkan keinginannya. Ternyata, demi kekuasaan dan harta yang tidak kekal, keimanan pun digadaikan.

Sebagian orang-orang yang merayu agar mereka dipilih tersebut, pasti mengobral janji-janji palsu. Mereka menjanjikan akan membuat rakyat sejahtera, membuat rakyat makmur, dan janji-janji lainnya yang mereka ucapkan. Terkadang, tidak sedikit diantara mereka yang terlalunjur sombong dan takabur dengan mengatakan bahwa semua pasti akan selesai jika diserahkan pada mereka. Serahkan pada yang ahlinya, kata mereka.

Tetapi, pernahkah mereka menyadari bahwa mereka yang menjadi politikus sama dengan setan? Setan adalah makhluk yang dimurkai oleh Allah dan neraka tempatnya. Tetapi ternyata, politikus yang sejatinya adalah manusia, sama dengan setan akibat perbuatannya selama belum menjadi politikus dan menjadi politikus serta setelah menjadi politikus.

Seorang politikus yang ketika sebelum dipilih memberikan janji-janji dan angan kosong kepada masyarakat yang akan memilihnya, naum itu semua ternyata tipuan, maka politikus seperti itulah yang sama dengan setan. Tetapi, jikalau politikus berjanji dan kemudian ditepati serta mereka tidak banyak berjanji tetapi banyak bekerja untuk membantu menjadi perantara bagi kesejatheraan rakyat, maka mereka itulah musuh setan.

Politkus yang suka mengucapkan janji-janji palsu dan angan-angan kosong, ketika mereka mati pada saat kondisi seperti itu, maka mereka akan masuk kedalam neraka jahanam, neraka yang diisi oleh makhluk ciptaan Tuhan yang pembangkang, yaitu Setan.

An Nisa' : 120 : "Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”


An Nisa' : 121 : "Mereka itu tempatnya Jahanam dan mereka tidak memperoleh tempat lari daripadanya."


An Nisa' : 122 : "Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?"

Semoga saja, politikus yang pada saat ini masih melakukan perbuatan yang dilakukan oleh setan, segera tersadar dan berganti dengan jujur dalam melaksanakan tugas dan kewajiban mereka. Tidak terlalu mengobral janji melainkan banyak bekerja untuk kesejahteraan rakyat.

Semoga saja.

Katakan dan Lakukan

Saatnya bicara dan Bekerja, tulisan tersebut terpampang jelas dihalaman sampul sebuah majala Islam yang baru saja memasuki edisi ke 24. Al intima nama majalah tersebut. Saya mendapatkan majalah tersebut dari seorang kenalan yang merupakan anggota dewan perwakilan rakyat kota Palembang yang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera.

Kalimat saatnya bicara dan bekerja, memang tidak terlihat memiliki arti yang besar jika kita hanya baca sepintas saja. Tetapi, sejatinya kalimat tersebut mengandung makna yang besar yang besar ketika kita memahami karena pada kalimat tersebut juga mengandung makna ancaman dari Sang Pencipta terhadap manusia yang hidup di dunia ini.

Pada saat ini, sangat banyak sekali manusia yang mengajak manusia untuk melakukan suatu kebaikan. Tetapi ternyata, tidak sedikit dari mereka hanya mengajak orang lain melakukan suatu perbuatan baik. Namun ternyata, mereka tidak melakukan perbuatan seperti yang mereka katakan. Orang seperti inilah yang mendapatkan ancaman dari Allah SWT.

Sejenak, mari kita buka kitab suci Al Qur’an. Pada surah As Saff ayat 2 dan 3, terdapat ancaman yang Allah berikan kepada manusia yang mengajak orang lain berbuat suatu kebaikan, namun ternyata dirinya sendiri tidak melakukan hal tersebut. Ancaman Allah SWT kepada orang-orang seperti ini adalah ancaman kebencian dari Allah SWT kepada mereka.

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (As Shaff:2-3)”

Sungguh, suatu hal yang sangat tidak enak rasanya jikalau kita dibenci oleh Allah SWT Tuhan yang maha esa. Jangankan kebencian dari Allah, kebencian dari orang tua ataupun dari orang lain, sangat sering membuat kita tidak bebas dalam bergerak dan bahkan menimbulkan ketahukan ketika kita akan melakukan sesuatu perbuatan. Lantas, bagaimana jika Allah SWT Tuhan yang maha esa membenci kita dikarenakan sikap kita yang selalu tidak sesuai antara perkataan dengan perbuatan? Silahkan anda fikirkan.

Oleh karena itu, mari kita berkata dan mengajak orang lain untuk melakukan sebuah perbuatan baik jika kita telah melakukannya terlebih dahulu. Jangan sampai kita mendapatkan kebencian dari manusia dan juga Allah SWT Tuhan yang maha esa dikarenakan kegemaran kita berbicara tanpa disertai dengan perbuatan hingga akhirnya merugikan diri kita sendiri.

Kini, saatnya bicara dan bekerja. Katakan dan lakukan!