Sabtu, 05 November 2011

Tentang Musim Hujan dan Kemarau

Banjir selalu menghampiri Jakarta ( Internet / Blogspot )
Tanpa terasa, saat ini sudah mulai memasuki musim hujan. Padahal, beberapa minggu yang lalu, sebagian besar daerah di Indonesia masih dalam kondisi kemarau, sehingga menyebabkan kurangnya pasokan air bagi kebutuhan manusia.

Kemarau salah, musim hujan juga salah. Mungkin itulah kesimpulan yang saya ambil ketika mengamati sikap masyarakat dalam menghadapi dua musim tersebut.

Ketika musim kemarau tiba, banyak orang yang berfikiran negatif dan mengeluarkan ucapan yang tidak enak didengar. Mereka mengeluh pada Tuhan agar musim kemarau ini segera digantikan dengan musim hujan. Banyak cara yang telah mereka lakukan untuk mendatangkan hujan, diantaranya dengan menaburkan garam diatas awan dengan harapan agar bisa turun hujan. Walaupun memang terkadang ada juga yang tidak berhasil.

Kini, ketika musim hujan sudah tiba, keluhan, umpatan, dan perbuatan tidak baik lainnya kembali dilakukan oleh sebagian manusia. Mereka ngelehu karena ujan yang lebat sehingga bisa menyebabkan jalanan menjadi becek, terlambat kerja, hingga yang paling parah adalah terjadinya banjir.

Ternyata sebagian manusia Indonesia adalah masyarakat yang tidak pandai mensyukuri nikmat Tuhan. Hujan yang turun merupakan nikmat yang diberikan Tuhan kepada manusia dan makhluk lainnya yang hidup di dunia ini. Kalaupun terjadi banjir, hal itu disebabkan oleh perbuatan manusia itu sendiri.

Mari kita melihat kebiasaan manusia yang suka membuang sampah ke sungai atau ketempat aliran air. Jika kebiasaan itu dilakukan terus menerus, maka kebiasaan tersebut bisa menyebabkan banjir yang akhirnya merugikan manusia itu sendiri.

Selain itu,kebiasaan manusia yang suka melakukan penebangan hutan secara liar, juga harus diperbaiki. Mereka melakukan penebangan hutan, tetapi tidak melakukan pemahaman kembali. Hal ini tentunya akan membuat tanah bekas penebangan tersebut tidk bisa menyerap air. Seperti kita ketahui bahwa pohon-pohon tersebut berfungsi untuk menyerap air sehingga air tersebut tidak menyebabkan kebanjiran.

Hal yang mungkin menjadi penyebab terjadinya banjir ketika musim hujan tiba adalah tidak baiknya penataan tempat tinggal manusia dan juga kesadaraan manusia terhadap pentingnya hutan. Saat ini jarang sekali terdapat pohon-pohon disamping rumah manusia. Padahal sebenarnya pohon tersebut berfungsi untuk menyerap air hujan sehingga jumlah air tidak melebihi batas sehingga tidak banjir.

Solusi terbaiknya adalah kesadaran manusia bahwa pohon-pohon itu sangat penting. oleh karena pentingnya pernanan pohon tersebut, sudah menjadi kewajiban agar masyarakat menanam pohon disebelah rumahnya dan juga menjaga hutan yang ada agar air hujan yang turun, bisa diserap oleh pohon-pohon tersebut. jikalau memang ingin melakukan penebangan pohon, maka jangan dilupakan untuk menanam bibit pohon agar ada yang menyerap air tersebut.

Jika kebanyakan dari kita paham tentang betapa pentingnya pohon dan tumbuhan dalam kehidupan kita, maka aku sangat yakin bahwa banjir sangat sedikit terjadi di negara ini. Tetapi kalau kita tidak mau mengetahui betapa pentingnya peranan dan fungsi pohon, maka musibah akan terus terjadi dan bukan tidak mungkin akan terjadi dalam skala yang besar dan memakan banyak korban.

Jumat, 04 November 2011

Benarkah Tuhan itu ada?

Bulan dan Kaligrafi bertuliskan Allah ( Internet/lazdai.org )
Hari demi berlalu. Penemuan demi penemuan dalam bidang teknologi informasi semakin membuat mata tidak dapat terpejam. Semua teknologi yang diciptakan, membuat urusan manusia menjadi lebih mudah. Tetapi tidak menutup kemungkinan kalau ada banyak orang yang tidak percaya dengan adanya Tuhan dan memilih untuk menjadikan teknologi sebagai Tuhan mereka.

Pemahaman tersebut adalah sesuatu hal yang salah tentunya. Bagaimana mungkin kita hidup di dunia ini tanpa ada yang menciptakan. Sedangkan teknologi yang super canggih pun ada yang menciptakan, maka sudah tentu manusia dengan segala kelebihannya pasti ada yang menciptakan.

Sang Pencipta tersebut adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang tidak beranak dan tidak diperanakan. Allah SWT menjadikan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Dia lah Tuhan yang tidak mengantuk dan tidak tidur. Tidak ada Tuhan selain Allah.

Kalau kita tidak percaya dengan adanya Tuhan, maka akan timbul sebuah pertanyaan, logika seperti apa yang mereka gunakan sehingga beranggapan bahwa tidak ada Tuhan di dunia ini. Kalau tidak ada Tuhan, bagaimana bumi ini berjalan? Tumbuh-tumbuhan bisa hidup? terjadinya pergantian siang dan malam? semua itu bisa terjadi dikarenakan adanya Tuhan yang mengatur itu semua.

Kita semua pasti mengetahui bahwa ada sebuah negara yang menjadikan matahari sebagai Tuhan mereka. Mereka beralasan bahwa matahari banyak memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Walaupun memberikan manfaat yang banyak bagi manusia, tentunya ada sebuah pertanyaan yang timbul ketika matahari tersebut sudah berganti dengan rembulan. Apakah Tuhan hanya ada dalam beberapa saat?

Sangat mustahil tentunya kalau Tuhan hanya bermanfaat dalam hitungan jam. Bagaimana dia bisa mengatur kehidupan manusia yang terus berjalan selama dua puluh empat jam, sementara dia sendiri mempunyai batas waktu untuk memberikan manfaat pada manusia? tentunya hal ini dapat disimpulkan bahwa matahari bukan Tuhan, matahari hanya makhluk ciptaan Tuhan, sama seperti kita manusia. Tetapi kita lebih unggul karena diberikan akal dan fikiran untuk mengelola dunia ini.

Sudah sepantasnya bagi orang-orang yang menyembah makhluk seperti itu untuk sadar diri. Seharusnya mereka menyembah Sang Pencipta matahari tersebut, Dia lah Allah SWT yang menciptakan matahari.

Matahari tersebut hanyalah sebagian kecil contoh yang membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tuhan yang mengatur semua sendi-sendi kehidupan kita, mulai pada saat kita bangun pagi hingga kita tidur kembali dimalam hari. Semuanya dalam aturan dan pengendalian dari Allah SWT, Tuhan yang maha esa.

Sebagai manusia yang berakal, sudah menjadi kewajiban kita untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT Tuhan yang maha esa sebagai tanda bahwa kita berterima kasih atas semua kebaikan yang diberikan kepada kita. Sangat banyak kebaikan yang diberikan Tuhan kepada kita. Walaupun kita hendak mencoba untuk menghitungnya, niscaya sangat tidak mampu bagi kita untuk menghitungnya.

Kalau kita kembali kepada judul, maka jawabannya adalah benar bahwa Tuhan itu ada. Bumi, manusia, matahari, dan makhluk hidup lainnya yang ada di dunia ini merupakan ciptaan dari Allah SWT sebagai tanda dan bukti bahwa Tuhan itu ada. Tidak ada asumsi yang bisa membantah bahwa Tuhan itu tidak ada. Walaupun memang saaat ini kita belum bisa melihat Tuhan secara langsung dikarenakan belum diizinkannya. Tetapi nanti ketika kita sudah berada di alam akhirat, kita akan dapat bertemu dengan Allah SWT yang maha besar.

So, mari kita banyak beribadah kepada Allah SWT agar menjadi bekal kita untuk menatap kehidupan sesudah mati.

Kamis, 03 November 2011

Dua anak lebih baik, kata siapa?

Yoyoh Yusroh bersama suami dan anak-anaknya (internet/wordpress)
Beberapa hari ini, sangat sering sekali aku menyaksikan tayangan dan iklan-iklan yang mengajak masyarakat untuk memiliki dua anak saja. Bahkan, untuk mempermudah penyampaian informasi, pihak terkait bekerja sama dengan stasiun televisi yang menyiarkan acara hiburan untuk mempromosikan keinginan pihak tersebut.

Secara pribadi, aku tidak terlalu mempersalahkan tentang ajakan tersebut. Tetapi ada pernyataan atau mungkin pertanyaan yang mengganjal di hatiku. Mengapa program ini baru dikampanyekan kembali pada saat ini, setelah hampir belasan tahun terdiam dalam keheningan.

Terkadang, wacana ini menimbulkan sebuah kesimpulan bahwa sebenarnya pemerintah gagal dalam hal mensejahterakan rakyatnya. Anak yang banyak, dijadikan sebagai tameng untuk menutupi ketidaksanggupan pemerintah dalam mensejahterakan rakyat.

Salah satu alasan supaya masyarakat hanya mempunyai dua anak adalah agar para orang tua bisa sukses mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Tetapi kalau dipelajari dan dipahami lebih dalam, ternyata banyak anak pun tidak masalah dan orang tua bisa membiayai serta mendidik mereka menjadi anak yang terbaik.

Mungkin, pemerintah menilai bahwa banyak anak tidak baik ketika melihat betapa banyaknya kasus-kasus pembunuhan oleh orang tua terhadap anaknya. Menurut saya, kasus-kasus pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tua, sebenarnya tidak bisa hanya menyalahkan orang tua itu sendiri. Pemerintah juga patut disalahkan karena telah turut andil dalam mendorong orang tua untuk melakukan hal tersebut dikarenakan kondisi ekonomi yang melilit mereka.

Seandainya saja pemerintah bisa membuka lapangan kerja, memberikan keterampilan kerja, kemudian memberikan fasilitas kepada mereka agar mereka bisa mempunya keahlian dan mendapatkan penghasilan, maka aku sangat yaki bahwa kasus pembunuhan anak dikarenakan masalah ekonomi akan sangat dikit terjadi. Tetapi, jika pemerintah tidak peduli dengan keadaan masyarakat dan hanya memperkaya diri sendiri serta golongannya, maka kejahatan seperti pembunuhan anak, penjualan anak, dan banyaknya anak yang tidak memperoleh pendidikan yang layak, masih akan terus terjadi.

Kita juga tidak boleh terlalu menyalahkan pemerintah ataupun terlalu berharap banyak kepada pemerintah. Kita sebagai manusia diberikan akal. Kita harus menggunakan akal tersebut agar bisa mencari uang guna menghidupi diri sendiri, istri, dan anak-anak serta menjadikan keluarga yang kita menjadi keluarga yang terbaik didunia dan akhirat. Tentunya harus dengan menggunakan uang yang halal.

Selain itu, alasan lain yang mungkin digunakan untuk mendukung program ini adalah dengan tujuan agar mencegah peningkatan populasi penduduk. Secara pribadi, aku mungkin masih sedikit kurang setuju dengan alasan itu. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan sebuah negeri yang luas dengan berbagai pulai yang tersebar.

Memang, kalau kita melihat pulau jawa, kita akan mendapati suatu keadaan dimana betapa padatnya populasi manusia. Tetapi kalau kita melihat pulau di luar jawa, maka kita akan mendapatkan betapa banyaknya tempat kosong yang bisa dimanfaatkan untuk mencari penghasilan dan juga sebagai tempat tinggal.

Rakyat kita, memang masih banyak yang takut untuk pindah ketempat yang baru atau dalam istilah minang sering disebut dengan merantau. Penduduk kita masih banyak yang lebih suka berada dalam keramaian walaupun harus mengorbankan nyawa. Prinsip ini yang harus diubah. Percayalah bahwa kita masih bisa hidup walaupun berada jauh dari keluarga asalkan kita bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru kita.

Jadi, aku merasa bahwa pemerintah jangan terlalu menekan rakyat agar hanya memiliki dua anak. Pemerintah lebih berkewajiban untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya agar para orang tua yang tergabung dalam nama rakyat, bisa menghidupi dan mendidik anak-anaknya dengan baik sesuai dengan harapan bersama.

Semoga saja

Rabu, 02 November 2011

Ayah dan Anak

My Dad, My Hero (Internet/blogspot)
Banyak orang pasti menyadari bahwa hubungan antara seorang anak dengan seorang ayah pasti tidak sama dengan hubungan seorang anak kepada seorang ibu. Hal ini mungkin dikarenakan berbedanya cara penyampaian kasih sayang seoran gayah dengan cara penyampaian kasih sayang dari seorang ibu.

seorang ibu biasanya mengasihi dan menyayangi anaknya dengan didikan yang halus. Biasanya, seorang ibu akan membimbing anaknya dengan kelembutan sehingga sang anak bisa memahami betapa pentingnya arti kehidupan ini.

Berbeda dengan ibu, biasanya ayah mendidik anaknya cenderung terasa lebih kasar terhadap anaknya. Biasanya sang aya akan membiarkan seorang anak melakukan hal-hal yang keras agar sang anak bisa merasakan dan memahami bahwa hidup ini sangat keras dan butuh mental yang kuat untuk menjalaninya.

Tetapi terkadang, sangat banyak orang tua yang salah dalam mendidik anaknya. Seorang anak tidak selamanya ingin dikekang dengan segala aturan sehingga membuat sang anak merasa seperti dalam penjara, bukan didalam sebuah rumah yang katanya merupakan surga di dunia.

Seorang anak pasti akan melakukan sesuatu hal yang baru. sesuatu hal yang mungkin akan bertentangan dengan apa yang dipahami oleh orang tua. Hal ini akan menimbulkan sikap pembangkangkang dari seorang anak, jika orang tua tidak bisa menempatkan diri pada posisi yang benar.

Sebagai orang tua, mereka boleh membebaskan anak-anaknya untuk melakukan apa saja yang sesuai dengan keinginan sang anak. Tetapi orang tua tetap harus mengawasi dan mengingatkan serta menekankan bahwa setiap perbuatan yang mereka lakukan haruslah tidak bertentangan dengan undang-undang dan juga ajaran dalam Al Qur'an serta Hadist Nabi Muhammad SAW, jika mereka beragama Islam.

Selain orang tua, sang anak juga harus memahami bahwa kebebasan yang diberikan oleh orang tuanya harus digunakan dengan berbuat baik. Jangan sampai kebebasan yang diberikan oleh orang tua, menyebabkan sang anak menjadi kesetanan karena melanggar aturan undang-undang, Al Qur'an, dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Jika orang tua dan anak sadar pada posisi dan kewajiban mereka, maka kita harus yakin bahwa sang anak akan menjadi generasi harap yang bermanfaat bagi banyak orang dan tentunya akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan orang tua mereka.