Jumat, 18 November 2011

Malaysia memang Pintar

Bendera Indonesia dan Malaysia ( Internet / vivanews.com )
Setiap pertandingan olahraga yang mempertemukan antara Indonesia dengan Malaysia, pasti sangat menarik untuk disaksikan. beberapa kali pertemuan yang terjadi, selalu menimbulkan pertarungan yang sangat bergengsi dan sangat rugi kalau untuk dilewati. Selain memperebutkan gelar juara, pertemuan antara Indonesia dengan Malaysia, selalu mengusung gengsi menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.

Pada kali ini, Indonesia dipertemukan dengan Malaysia dalam pertandingan Cabang Olahraga Sepak Bola pada ajang SEA Games XXVI 2011 yang dilaksanakan di Jakarta dan Palembang. Indonesia sudah dipastikan lolos ke babak semifinal, sedangkan Malaysia harus menang jika ingin lolos ke semifinal.

Seperti biasanya, kebiasaan untuk menghina bangsa lain terutama Malaysia, memang belum bisa hilang. Sehari dan beberapa jam menjelang pertandingan tersebut, cacian dan makian, penghinaan, hingga menganggap mudah negara serumpun tersebut, masih terus terjadi di Facebook dan juga twitter.

Banyak orang yang mengatakan bahwa Indonesia pasti bisa membantai Malaysia dengan skor yang besar. Selain itu, mereka juga menghina bahwa Malaysia bukanlah negara besar, Malaysia hanya negara kecil yang tidak luas dari Indonesia. Kemudian mereka juga beranggapan bahwa Malaysia merupakan negara pencuru yang suka mencuri kebudayaan Indonesia dan juga pulau yang dimiliki oleh Indonesia.

Pernyataan yang dilontarkan tersebut, memang tidak terlalu salah. Tetapi akan tidak baik kalau berlebihan. Kita semua mengetahui bahwa permain sepak bola Malaysia sangat baik, bahkan mungkin lebih baik dari permainan sepak bola timnas senior di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan dengan Malaysia menjadi juara pertama Piala AFF tahun 2010 yang lalu. Maka, mengucapkan kalimat bantai Malaysia dengan skor besar adalah sebuah sikap yang berlebihan tanpa berkaca dengan apa yang kita miliki.

Malaysia memang negara kecil, tetapi mereka termasuk kedalam negara yang maju dan sukses. Pemerintahannya bisa memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya, walaupun memang ada juga sebagian rakyatnya yang belum sejahtera. Hal ini berbanding terbalik dengan Indonesia, walaupun Indonesia merupakan negara besar serta memiliki banyak sumber daya alam, tetapi pemerintah belum sanggup membuat negara Indonesia menjadi maju dan sejahtera. Pemerintah masih sibuk mengurus diri mereka sendiri dan golongan mereka. Janji untuk membuat rakyat sejahtera, hanya tinggal janji. Seharusnya, pemerintah Indonesia belajar kepada pemerintah Malaysia tetang bagaimana membuat rakyat menjadi maju dan menjadi sejahtera.

Kita semua tentunya sangat marah ketika pulau atau budaya kita diklaim oleh bangsa lain. Tetapi pernahkah kita berfikir bahwa kita yang telah memberi jalan bagi mereka untuk melakukan klaim tersebut? Kita terlalu sibuk mengadopsi budaya lain dan cenderung melupakan budaya sendiri yang pada dasarnya jauh lebih tidak bernilai dari budaya Indonesia. Malaysia membangunkan kita bahwa budaya yang kita miliki adalah aset yang sangat berharga. Sudah sepantasnya kita berterima kasih kepada malaysia karena telah menyadarkan kita dari tidur yang panjang.

Mengenai pulau-pulau yang diklaim, ini juga merupakan sebuah kegagalan pemerintah kita. pemerintah kita terlalu cuek terhadap pulau-pulau yang berbatasan dengan lain. Ketika pulau tersebut sudah diklaim, pemerintah kita pun tidak bertindak tegas dan cepat. Pemerintah kita cenderung kalah dalam hal berdiplomasi dengan negara lain sehingga kita kalah dalam perebutan pulau tersebut. Seharusnya pemerintah malu karena tidak memperhatikan pulau-pulau yang berbatasan dengan negara lain. Pemerintah kita cenderung membiarkan pulau-pulau tersebut terbengkalai sehingga akhirnya diklaim dan dimiliki oleh negara lain.

Pertandingan antara Indonesia melawan Malaysia pada cabang olahraga sepak bola SEA Games XXVI 2011 di Stadion Gelora Bung Karno tadi malam, akhirnya dimenangkan oleh malaysia dengan kedudukan akhir 0-1 yang dicetak oleh Ibrahim Sahrul Aswari pada menit ke 17.

Malaysia memang pintar. Itulah pendapat yang bisa aku katakan ketika melihat dan memahami hubungan antara Indonesia dengan Malaysia. Malaysia memang pandai membuat sebagian rakyat Indonesia menjadi rakyat yang suka mencaci dan menghina tanpa mau berfikir bagaimana cara memperbaiki diri mereka dan bangsa mereka, Indonesia.

Malaysia juga pintar mengajarkan kepada Indonesia mengajarkan bagaimana seharusnya mengurus budaya. Budaya tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jika dibiarkan, maka akan ada kemungkinan bahwa budaya tersebut akan diklaim orang. Malaysia mengajarkan kepada pemerintah dan rakyat Indonesia agar pandai dalam hal mengurus budaya dan melestarikannya.

Selain itu, Malaysia juga pintar dalam memanfaatan keteledoran pemerintah Indonesia. Mereka melihat bahwa pemerintah Indonesia lemah dalam hal diplomasi, lemah dalam hal kepedulian terhadap pulau-pulau yang dimiliki, dan lemah terhadap kepedulian kepada rakyat yang mereka pimpin. Malaysia mengajarkan itu semua. Mereka mengajarkan bagaimana caranya membuat rakyat menjadi sejahtera.

Mungkin akan ada pembaca yang tidak setuju dengan pemahaman saya. Tetapi kiranya agar kita saling menghargai karena kebebasan berpendapat dijamin oleh undang-undang. Kita harus cerdas untuk cinta tanah air. Kita boleh cinta tanah air, tetapi kita tidak diperbolehkan untuk menghina dan merendahkan negara lain.

Kita seharusnya belajar pada Malaysia karena dalam beberapa hal, malaysia memiliki kelebihan dalam beberapa hal dari negara kita, sehingga nantinya kita bisa membuat negara kita ini menjadi maju dan sejahtera agar dapat menjadi pemimpin di Asia Tenggara, Benua Asia, dan di Dunia.

Kini, bukan saatnya untuk menghina. Hal terpenting adalah menjaga aset negara, melestarikan budaya, dan bersama-sama bekerja untuk Indonesia yang lebih baik. Indonesia membutuhkan orang yang benar-benar cinta dan mau berbuat yang terbaik bagi negara ini, bukan orang-orang yang suka menghina dan merendahkan negara lain.

Semoga saja...

Selasa, 15 November 2011

Untuk Apa kalian berebut medali?

Medali Sea Games ( Internet / wordpress )
Perhelatan pentas olahraga terbesar di Asia Tenggara telah dimulai. Presiden Republik Indonesia yang bernama Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi membuka pentas olahraga yang sering disebut dengan Sea Games tersebut pada tanggal 11 November 2011 yang lalu. Tiga hari sudah pentas olahraga yang dilaksanakan di Palembang dan di Jakarta ini berlangsung.

Hingga kini, Indonesia masih tetap memimpin perolehan medali. Terhitung sejak tulisan ini dibuat, Indonesia sudah mendapapatkan 53 Medali Emas, 40 Medali Perak, dan 33 Medali Perunggu. Hal ini tentunya membanggakan ditengah gonjang-ganjing masalah korupsi yang menggurita dan menyeret anggota dewan perwakilan rakyat serta disaat ada atlet negara lain yang merasa keracunan dan juga merasa bahwa pelaksanaan Sea Games tahun ini merupakan yang terpuruk sepanjang sejarah perhelatan Sea Games.

Tetapi kali ini aku tidak ingin membahas hal tersebut. Ada sebuah pertanyaan yang berkeliaran difikiranku. Pertanyaan tersebut adalah tentang tujuan dari para atlet tersebut yang berlomba untuk berebut medali.

Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap atlet yang bertanding pada ajang tersebut, pastilah mempunyai tujuan untuk mendapatkan medali. Medali merupakan simbol kejayaan yang menurut mereka harus dicapai. Medali bisa membuat mereka bangga karena bisa dihormati orang dan tentunya membuat nama Indonesia terbang tinggi.

Tetapi sayang, tidak banyak atlet yang belajar dari para pendahulunya. Pada saat ini, sangat banyak atlet pada zaman dahulu yang ketika mereka masih berjaya dan mendapatkan pujian serta penghormatan dari orang lain, menjadi seperti orang yang tidak dianggap lagi atas perjuangan mereka mendapatkan medali.

Saat ini pemerintah Indonesia belum begitu perhatian dengan atlet-atlet yang telah berjasa. Paling tidak, ketika mereka mendapatkan emas, mereka hanya dihargai ratusan juta rupiah. Tetapi ketika mereka sudah tidak berjaya, mereka disingkirkan atau bahkan tidak dianggap lagi oleh pemerintahan di Negeri ini.

Ada banyak kisah suram yang dirasakan oleh atlet Indonesia. Bahkan, ada seorang atlet yang pernah mendapatkan emas, malah kini harus menjadi pekerja serabutan diusianya yang senja dikarenakan tidak ada lagi perhatian dari pemerintah. Medali emas yang didapatkannya, tidak bisa menjadikan jaminan baginya untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

Atlet dan kita semua tentunya pasti sangat cinta pada tanah air. Tetapi sebagai seorang atlet atau seorang rakyat, tentunya kita harus berharap pada negara. Atlet yang telah berjuang menjadi juara dan mengharumkan nama bangsa, sudah sangat pantas kalau mereka diberikan penghargaan dengan diberikan peningkatan kesejahteraan ketika mereka telah pensiun, bukan malah ditelantarkan.

Mungkin pihak pemerintah akan berkata bahwa mereka tidak sanggup mengeluarkan banyak uang untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada atlet dan rakyatnya. Tetapi pada kenyataannya, betapa banyak dana yang mereka ambil untuk kepentingan pribadi dan golongan mereka. Inilah salah satu pembohongan pejabat negara terhadap rakyatnya.

Jika pada saat ini anda menjadi seorang atlet, jangan hanya mengandalkan profesi anda sebagai atlet untuk sumber penghasilan anda. Profesi atlet pada saat ini belum bisa dijadikan sumber penghasilan karena belum ada perhatian dari pemerintah terhadap para atletnya.

Kita saat ini bicara tentang masa depan bukan hanya tentang cinta tanah air. Cinta tanah air akan lenyap ketika kelaparan telah menyandera diri atlet dan keluarga atlet tersebut. Agar cinta kiat terhadap tanah air tidak lenyap, maka jangan jadikan profesi atlet sebagai pekerjaan utama. Jadikanlah profesi atlet sebagai pekerjaan sampingan sehingga perut anda dan keluarga anda akan tetap terisi dan anda bisa menyimpan sebagian pendapatan anda untuk hal-hal yang tidak terduga sehingga jika anda melakukan itu semua maka rasa cinta tanah air akan tetap terjaga sampai akhir hayat kita.