Sabtu, 07 April 2012

Banjir, antara kelalaian pemerintah dan masyarakat

Hidayat Nur Wahid kebanjiran ( internet / tribunnews.com )
DKI Jakarta banjir lagi. Itulah sebuah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi DKI Jakarta pada saat ini. Ibu kota yang seharusnya diharapkan dapat menjadi contoh kebaikan bagi daerah lain, ternyata tidak bisa menjadi contoh. Jangankan untuk menjadi contoh, memperbaiki diri agar bisa dicontoh, DKI Jakarta belum mampu hingga saat ini.

Sebenarnya, banjir yang melanda DKI Jakarta bukanlah hal baru ataupun pertama kali terjadi. Banjir sudah berulang kali menghampiri DKI Jakarta, bahkan tidak jarang didapati bahwa satu tahun sekali, minimal DKI Jakarta mengalami musibah kebanjiran. Lantas mengapa kejadian ini terus berulang, siapakah yang salah?

DKI Jakarta dengan segalah kelebihannya, sebenarnya tidaklah pantas mengalami kondisi seperti ini. Namun dikarenakan kelalaian pemerintah dan masyarakat dalam mengelola DKI Jakarta, maka akhirnya kondisi seperti ini harus terjadi secara berulang-ulang dan tentunya semua pihak mengalami kerugian.

Pemerintah, dalam hal ini adalah pemerintah provinsi DKI Jakarta, sebenarnya harus mencari sumber permasalahan dan kemudian mencari solusi pemecahan dari permasalahn banjir yang menghampiri daerah yang menjadi wilayah kekuasaany.

Biasanya, banjir disebabkan kurang terawatnya kondisi tanaman yang berfungsi sebagai penyerap air, sehingga apabila curah hujan sangat tinggi, air tidak bisa diserap dikarenakan kondisi tanaman ataupun pohon-pohon yang sudah tidak dapat menjalani fungsinya dengan baik.

Selain itu, pola tata kota yang dilaksanakan oleh pemerintah, tidak berjalan dengan baik. Jika pemerintah berhasil menerapkan pola tata kota yang baik dan dikuti dengan penerapan hukuman bagi masyarakat yang melanggar, maka secara otomatis banjir akan bisa diatasi.

Selain pemerintah, masyarakat juga turut serta menjadi penyebab terjadinya musibah banjir yang melanda DKI Jakarta tersebut. Masyarakat terkesan sangat tidak peduli terhadap lingkungan. Mereka terkadang sangat sering membuang sampah tidak pada tempatnya atau pada sungai yang melintasi DKI Jakarta sehinga menyebabkan sungai tersebut menjadi dangkal dikarenakan timbunan sampah yang dibuang oleh masyarakat.

Kemudian, tidak sedikit masyarakat yang menebang pohon dengan seenaknya tanpa memperhatikan akibat yang akan ditimbulkan. Padahal, pohon-pohon tersebut sangat berguna sebagai penyerap air. Banyak diantara masyarakat yang menebang pohon tersebut dengan tujuan dibangun rumah sebagai tempat tinggal tanpa kembali menanam pohon.

Inilah tantangan yang harus dihadapi oleh Gubernur DKI Jakarta yang akan dipilih pada bulan Juli nanti. Gubernur dan Wakil Gubernur sebagai pemerintah di DKI Jakarta harus melakukan terobosan dalam memecahkan permasalahan dan mengajak semua elemen masyarakat DKI Jakarta guna bersama-sama memperbaiki sistem yang ada agar DKI Jakarta menjadi lebih baik, lebih nyaman, lebih aman, lebih tentram, dan tentunya tidak ada banjir yang kembali melanda.