Sabtu, 29 Oktober 2011

Tuhan Juga Tahu

Nafsu Setan (Internet/Wordpress)
Setiap manusia pasti mempunyai nafus. Nafsu bisa membuat manusia memiliki derajat keistimewaan melebih malaikat, jika manusia bisa mengendalikan nafsu tersebut dengan baik. Tetapi, manusia bisa lebih hina dari binatang kalau manusia diperbudak oleh nafsu.

Paragraf diatas merupakan kalimat-kalimat yang selalu aku ingat sampai saat ini. Aku sebagai manusia yang mempunyai nafsu (Nafsu Seksual), harus berhati-hati agar tidak tergelincir menjadi manusia yang hina karena diperbudak oleh nafsu.

Saat ini, cobaat yang berkenaan dengan nafsu seksual sangatlah kuat. Coba saja kita liat di luar rumah, betapa banyak wanita yang memakai pakaian yang seksi dan teuntya akan membangkitkan gairah seksual seorang lelaki.

Terkadang aku bingung dengan keadaan ini. Betapa banyak wanita yang menghinakan dirinya dihadapan para lelaki dengan cara menampilkan bentuk tubuhnya kepada banyak orang yang bukan merupakan suaminya.

Tidak sedikit, laki-laki yang pada akhirnya diperbudak oleh nafsu. mereka akhirnya melakukan ciuman, raba meraba, onani, masturbasi, bahkan sampai dengan berhubungan intim dengan orang yang bukan sah menjadi istrinya. Hal ini merupakan akibat dari tidak bisanya mengendalikan nafsu yang timbul dikarenakan pancingan dari seorang wanita.

Ternyata, kita harus berterima kasih kepada Allah SWT Tuhan yang maha esa. Walaupun kita telah melakukan perbuatan yang membuat Allah SWT marah besar, ternyata Allah SWT masih mau memaafkan kita.

Beberapa waktu lalu, aku membuka Al Qur'an dan membaca arti dari Surah Al Baqoroh ayat 187 yang mengatakan bahwa Allah SWT mengetahui kalau sangat besar kemungkinannya bagi manusia untuk tidak dapat menahan apa yang dirasakan, yaitu berupa dorongan nafsu seksual sehingga manusia melanggar aturan Allah. Tetapi dengan sifat Allah yang maha pengampun, kita masih dimaafkan dan diampuni dosa-dosa yang kita lakukan, dengan syarat kita taubat dengan sebenar-benarnya.

Selain menerima taubat kita, Allah SWT memberikan solusi atas apa yang kita rasakan. Solusi yang Allah SWT berikan adalah dengan cara menikah. Menikah bisa membuat manusia bebas melakukan hubungan seksual bersama istri karena telah sah dan juga akan bernilai ibadah yang akan menghasilkan pahala dari Allah SWT. Selain itu, menikah juga akan memberikan rasa tentram pada diri dan hati manusia.

“Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [Al Qur'an Surah Ar-Rum Ayat 21].

Jika kita belum sanggup untuk menikah dikarenakan faktor usia atau faktor harta dan yang lainnya, Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada manusia untuk berpuasa. Puasa merupakan membentengi manusia dari gelora nafsu seksual yang begitu menggelora.

Aku merasa anjuran ini sangat baik. Menurut apa yang aku ketahui, apabila kita banyak makan, maka akan semakin besar pula nafsu seksual yang ada dalam jiwa kita. Tetapi, terlepas dari itu, alangkah baiknya kita menjalankan anjuran yang dikatakan oleh Nabi Muhammad ini, yang terkenal dengan kejujurannya.

Terakhir, saya hanya bisa mengajak kita bersama-sama untuk bertaubat dan berhenti melakukan hubungan seksual dengan bukan pasangan sah kita. Sesungguhnya, kalau kita melakukan hal tersebut, berarti kita telah diperbudak oleh nafsu dan kita termasuk orang yang lebih hina dari binatang. Menikahlah, karena menikah lebih baik dan sangat perintahkan oleh Allah SWT. Jika kita belum sanggupuntuk menikah, mari bersama-sama kita berpuasa sebagai usaha kita agar tidak menjadi manusia yang hina.

Selasa, 25 Oktober 2011

24 Oktober 2011

Macet Lagi ( http://banghas.wordpress.com )
Tanpa kita sadari, seringkali kita minta dihargai oleh orang lain tetapi kita tidak mau menghargai orang lain. Kita tidak ingin dibohongi oleh orang lain, tetapi kita cenderung suka memohongi orang lain. Kita tidak ingin dirugikan oleh orang lain, tetapi kita seringkali dengan sengajak merugikan orang lain. Sifat ini merupakan sifat yang tidak baik kalau bersemayam dalam diri manusia.

Sebagai manusia, tentunya kita harus berbuat baik pada orang lain dan yakinlah bahwa kebaikan tersebut akan kembali pada kita. Akan lebih baik kalau kita ikhlas mengharap ridho Allah dalam berbuat baik tersebut, maka hal itu akan bernilai ibadah bagi kita.

Sore hari ini, ketika aku pulang dari kerja, aku mendapati suatu keadaan dimana keegoisan satu orang bisa menyebabkan kerugian bagi ratusan orang.

Kebetulan, jalanan yang menjadi sarana penghubung antara satu tempat ke tempat yang lainnya didaerahku, masih terbilang kecil. Jalanan ini dilalui oleh banyak orang. Jalan ini akan ramai jika pagi hari dan sore hari karena pada jam tersebut banyak sekali pegawai dan mahasiswa yang menggunakan jalan tersebut. Penderitaan akan begitu terasa ketika ada suatu kendaraan berhenti tanpa memperhatikan segala kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Maka, macet akan tercipta.

Entah apa yang ada dibenak pemilik mobil yang parkir sembarang di jalanan dekat tempat tinggalku itu. Mobil tersebut diparkir hampir memakan setengah jalan sehingga menyebabkan kemacetan dikarenakan pada sore tadi merupakan jam dimana para mahasiswa dan para karyawan pulang kerumah setelah mereka beraktifitas.

Antrian panjang terjadi. Dari depan pangkal hingga keujung jalan, dipenuhi oleh kendaraan yang berdesakan dikarenakan kelalaian seorang pengendara mobil yang tidak memperhitungkan segala kejadian yang akan timbul gara-gara perbuatannya.

Bisa dibayangkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang terjebak dalam kemacetan tersebut. Cacian dan makian serta sumpah serapah terlontar dari mulut mereka. Bagaimana tidak, disaat kondisi tubuh yang sudah letik, hujan yang turun membasahi bumi, dan emosi jiwa yang sedang tidak stabil dipadu dengan kemacetan yang sangat panjang, maka menurut mereka, kata-kata itulah yang pantas mereka ucapkan.

Kejadian ini berlangsung selama tiga puluh menit. Keadaan kembali normal ketika polisi lalu lintas datang menghampiri kemudian mengatur lalu lintas sang pemilik mobil diketemukan dan kemudian menjalankan mobilnya.

Kejadian ini mengajarkan kepada diriku untuk memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya ketika aku melakukan sesuatu. Kejadian ini juga mengajarkan agar aku tidak merugikan banyak orang yang disebabkan oleh kelalauian yang telah aku ciptakan.

Semoga saja kita termasuk orang-orang yang memberikan kebaikan bagi orang lain, bukan malah menyusahkan orang lain.

Minggu, 23 Oktober 2011

Tanah Merah Basah

Tanah Merah Basah (Internet/MediaIslamNet.com)
Malam semakin larut. Dinginnnya angin malam, masih setia menemani tubuhku yang telah terbaring diatas kasur yang sudah tidak empuk lagi. Diatas kasur itu, lamunanku mengarah pada satu hal, yaitu Tanah Merah Basah.

Akhir-akhir ini aku merasa bahwa yang aku lakukan dalam hidup ini banyak yang sia-sia. Betapa banyak nikmat dan waktu yang telah diberikan Allah SWT padaku, ternyata tidak dapat aku manfaatkan dengan baik guna memperbanyak amal ibadah.

Hari-hari yang aku lalui, biasanya dimulai dengan bangun pagi sekitar jam delapan. Setelah itu aku mandi, sarapan, dan berangkat menuju tempat kerja. Aku kerja dari jam Sembilan pagi sampai dengan jam lima sore.

Detik demi detik, menit demi menit, hingga jam demi jam yang aku lalui terasa sempit. Seringkali dalam tujuh jam waktu yang aku habiskan di kantor, hanya berlalu dengan sia-sia. Jika pekerjaan tidak terlalu banyak, paling sering aku mengakses internet untuk menggunakan facebook, twitter, dan juga sekalian dengan blogging.

Apa yang aku lakukan sepertinya banyak juga dilakukan dan dialami oleh orang-orang yang bekerja dikantoran dan tidak menutup kemungkinan bekerja ditempat lain. Beruntung bagi mereka yang dalam setiap waktunya, bisa digunakan untuk bekerja sebaik mungkin. Tetapi tidak sedikit juga yang merugi dikarenakan tidak tersedianya waktu yang akan digunakan untuk melaksanakan ibadah, salah satunya adalah ibadah sholat wajib.

Sebenarnya, aku masih bisa menggunakan waktu kosong yang aku miliki dengan cara beribadah kepada Allah SWT. Tetapi dikarenakan aku masih belum begitu memahami betapa pentingnya waktu, maka waktu yang aku lalui hanya terbuang sia-sia. Walaupun demikian, aku tidak pernah meninggalkan ibadah sholat wajib walau terkadang seringkali melaksanakannya diakhir waktu.

Tanah merah basah itu mengingatkanku untuk benar-benar memanfaatkan waktu dengan banyak beribadah karena setiap manusia pasti akan mati. Ketika nanti jasadku sudah ditimbun dengan tanah merah basah itu dan juga ditanamkan papan nama, maka akan hilang kesempatan bagiku untuk memperbanyak amal ibadah.

Kini, waktu yang kumiliki tidak akan aku biarkan berlalu dengan sia-sia. Aku akan menggunakan detik demi detik yang aku miliki untuk beribadah kepada Allah SWT. Aku ingin menjadi manusia yang terbaik didunia dan akhirat. Aku pasti bisa.