Selasa, 07 Februari 2012

Kisruh PSSI, kompasiana beruntung?

Kompasiana ( internet / twitter.com )
Tanpa disadari, kurang lebih sudah setengah tahun kisruh PSSI melanda dunia sepak bola Indonesia. Sebuah kisruh yang sangat tidak perlu terjadi jikalau mereka tidak terlalu berambisi untuk mendapatkan kekuasaan yang pada akhirnya ingin mengeruk keuntungan bagi mereka pribadi dan golongannya. Tetapi memang, tukang jual nasi sudah menjadi tukang jual bubur, kita harus menerima walau terkadang merugikan bagi kita semua, sambil berusaha agar bisa mencari dan mempersiapkan pengganti yang lebih baik.

Tetapi ternyata, tidak semua orang atau kelompok mengalami kerugian dikarenakan kisruh PSSI ini. Menurut saya, Kompasiana termasuk kedalam kelompok yang beruntung dalam kisruh PSSI ini. Bagaimana tidak, semenjak kisruh PSSI ini terjadi, kompasiana banyak diisi oleh penulis-penulis dadakan yang berasal dari kelompok ataupun orang pribadi yang bertujuan untuk membela kelompok mereka masing-masing.

Hal ini memang mengasyikan. Tetapi tidak selamanya mengasyikan. Diantara banyaknya penulis-penulis opini baru yang bermunculan, ternyata diantara mereka sangat banyak yang tidak menaati peraturan yang ada pada kompasiana, salah satunya adalah tidak memberikan informasi nama, foto profil, dan indentitas pribadi yang lainnya secara jelas sesuai dengan keadaan pribadi masing-masing.

Sungguh sangat disayangkan, pada saat mereka menulis opini, tetapi ternyata foto profil, nama, dan identitas mereka tidak sesuai dengan kenyaaannya. Kalau demikian, apa bedanya mereka dengan anggota DPR yang sering membolos dan lebih mementingkan diri mereka pribadi?

Selain menggunakan identitas yang diragukan kebenarannya, para pengguna kompasiana pun terkadang seringkali menuliskan opini yang tidak berbobot atau hanya menyerang pribadi atau kelompok lain yang bertentangan dengan keyakinan mereka tapa memperhatikan pernyataan dari orang yang diserang. Bahkan, tidak jarang para pengguna kompasiana hanya membuat opini sebanyak satu paragraf saja. Bagaimana orang bisa mengerti?

Terlepas dari itu semua, saya sangat menikmati fenomena yang ada. Saya menghargai kebebasan yang mereka miliki. Tetapi saya hanya meminta untuk menaati peraturan yang ada di kompasiana. Selain dari itu, saya tidak mau mengusik orang lain walaupun terkadang ada fakta yang pantas untuk disajikan dan bisa membuat merah kuping si pembaca informasi yang saya miliki. Saya hanya ingin melihat jauh kedepan daripada kepentingan saat ini. Saya lebih menjaga hubungan sesama saudara sebangsa dan setanah air daripada berkecimpung pada perang opini yang berujung pada permusuhan antara rakyat Indonesia yang ternyata dibuat dan dipengaruhi oleh orang-orang tertentu guna mewujudkan keinganan mereka.