Yoyoh Yusroh bersama suami dan anak-anaknya (internet/wordpress) |
Secara pribadi, aku tidak terlalu mempersalahkan tentang ajakan tersebut. Tetapi ada pernyataan atau mungkin pertanyaan yang mengganjal di hatiku. Mengapa program ini baru dikampanyekan kembali pada saat ini, setelah hampir belasan tahun terdiam dalam keheningan.
Terkadang, wacana ini menimbulkan sebuah kesimpulan bahwa sebenarnya pemerintah gagal dalam hal mensejahterakan rakyatnya. Anak yang banyak, dijadikan sebagai tameng untuk menutupi ketidaksanggupan pemerintah dalam mensejahterakan rakyat.
Salah satu alasan supaya masyarakat hanya mempunyai dua anak adalah agar para orang tua bisa sukses mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Tetapi kalau dipelajari dan dipahami lebih dalam, ternyata banyak anak pun tidak masalah dan orang tua bisa membiayai serta mendidik mereka menjadi anak yang terbaik.
Mungkin, pemerintah menilai bahwa banyak anak tidak baik ketika melihat betapa banyaknya kasus-kasus pembunuhan oleh orang tua terhadap anaknya. Menurut saya, kasus-kasus pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tua, sebenarnya tidak bisa hanya menyalahkan orang tua itu sendiri. Pemerintah juga patut disalahkan karena telah turut andil dalam mendorong orang tua untuk melakukan hal tersebut dikarenakan kondisi ekonomi yang melilit mereka.
Seandainya saja pemerintah bisa membuka lapangan kerja, memberikan keterampilan kerja, kemudian memberikan fasilitas kepada mereka agar mereka bisa mempunya keahlian dan mendapatkan penghasilan, maka aku sangat yaki bahwa kasus pembunuhan anak dikarenakan masalah ekonomi akan sangat dikit terjadi. Tetapi, jika pemerintah tidak peduli dengan keadaan masyarakat dan hanya memperkaya diri sendiri serta golongannya, maka kejahatan seperti pembunuhan anak, penjualan anak, dan banyaknya anak yang tidak memperoleh pendidikan yang layak, masih akan terus terjadi.
Kita juga tidak boleh terlalu menyalahkan pemerintah ataupun terlalu berharap banyak kepada pemerintah. Kita sebagai manusia diberikan akal. Kita harus menggunakan akal tersebut agar bisa mencari uang guna menghidupi diri sendiri, istri, dan anak-anak serta menjadikan keluarga yang kita menjadi keluarga yang terbaik didunia dan akhirat. Tentunya harus dengan menggunakan uang yang halal.
Selain itu, alasan lain yang mungkin digunakan untuk mendukung program ini adalah dengan tujuan agar mencegah peningkatan populasi penduduk. Secara pribadi, aku mungkin masih sedikit kurang setuju dengan alasan itu. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan sebuah negeri yang luas dengan berbagai pulai yang tersebar.
Memang, kalau kita melihat pulau jawa, kita akan mendapati suatu keadaan dimana betapa padatnya populasi manusia. Tetapi kalau kita melihat pulau di luar jawa, maka kita akan mendapatkan betapa banyaknya tempat kosong yang bisa dimanfaatkan untuk mencari penghasilan dan juga sebagai tempat tinggal.
Rakyat kita, memang masih banyak yang takut untuk pindah ketempat yang baru atau dalam istilah minang sering disebut dengan merantau. Penduduk kita masih banyak yang lebih suka berada dalam keramaian walaupun harus mengorbankan nyawa. Prinsip ini yang harus diubah. Percayalah bahwa kita masih bisa hidup walaupun berada jauh dari keluarga asalkan kita bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru kita.
Jadi, aku merasa bahwa pemerintah jangan terlalu menekan rakyat agar hanya memiliki dua anak. Pemerintah lebih berkewajiban untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya agar para orang tua yang tergabung dalam nama rakyat, bisa menghidupi dan mendidik anak-anaknya dengan baik sesuai dengan harapan bersama.
Semoga saja