Selasa, 17 April 2012

Ketika Air Hujan Menggenangi Kota Kami

Genangan air dekat Fly Over ( Dok. Pribadi )
Hujan sepertinya menjadi ancaman tersendiri bagi penduduk yang kotanya akan masuk ke tahap metropolitan ataupun megapolitan. Mungkin itulah sebuah kesimpulan ketika melihat dan merasakan apa yang telah aku alami pada sore hari ini.

Sore ini, sebenarnya aku tidak ada agenda ingin keluar kantor. Namun dikarenakan ada sesuatu hal mendesak, akhirnya aku pun keluar dari kantor menuju sebuah toko untuk membeli perlengkapan agar dapat menghubungkan komputer dengan jaringan internet.

Sebelum keluar dari kantor, hujan tampak sudah mulai turun, walaupun hanya rintik-rintik saja. Dikarenakan berbagai pertimbangan dan analisis sederhana, akhirnya aku beserta dengan seorang teman pergi keluar dari kantor menuju toko yang menjual perlengkapan komputer. Namun, sebelum menuju toko tersebut, agenda utama adalah menuju Bank BNI, BTN, baru kemudian menuju toko tersebut serta pada akhirnya menuju Bank Mandiri dan Bank Muamalat, hingga akhirnya pulang ke kantor.

Ketika berada di Bank BNI, ternyata hujan turun dengan lebat. Terpaksa, kami harus menunggu sampai hujan sedikit reda. Setelah kurang lebih tiga puluh menit berteduh, akhirnya kami pun keluar dari Bank BNI dan menuju Bank BTN yang jaraknya hampir lima kilo meter lebih.

Tanpa diduga, ternyata selama perjalanan menuju Bank BTN tersebut air menggenang dengan tinggi yang bisa dibilang cukup merepotkan para pengendara motor. Di Jalan Jendral Sudirman, depan Bank BNI atau dekat dengan Masjid Agung, air yang menggenangi jalanan yang melalui kedua asset kota kami tersebut, ternyata sangat banyak.

Selain di Jalan Sudirman depan Masjid Agung, Jalanan depan Rumah Sakit Muhammad Hoesin pun, membuat para pengendara motor harus melototkan matanya dan harus memutar otak guna mencari jalan pintas ataupun langsung menerobos air yang menggenang tersebut, tentunya dengan resiko mesin motor akan mati.

Ternyata, air yang menggenang di Jalanan depan RS. Muhammad Hoesin tersebut belumlah terlalu parah. Kami pun mengalami kondisi air yang tergenang lebih tinggi dari depan rumah sakit tersebut, yaitu di Dekat Fly Over yang berada di persimpangan Jalan Basuki Rachmat. Air yang menggenagn tersebut, kurang lebih hampir mencapai tiga puluh centimeter.

Setelah berjuang dengan sebuah keyakinan, akhirnya aku dan temanku berhasil melewati dua genangan air tersebut, tentunya dengan resiko air mungkin saja masuk kedalam motor. Akhirnya, kami pun sampai ke Bank BTN yang berada diwilayah sekitar KM 5.

Genangan Air Dekat Mess Pertiwi ( dok. Pribadi )
Ketika urusan selesai dengan pihak Bank tersebut, kami pun harus menuju toko yang menjual peralatan komputer. Tentunya, sebagai orang yang mempunyai, kami tidak mau mengulangi kejadian yang sama dan akhirnya memilih jalan pintas. Namun sayang, jalan pintas tersebut juga banyak yang tergentang air. Genangan air yang cukup parah juga terdapat di Jalanan dekat dengan Mess Pertiwi dimana para pemain Sriwijaya FC menginap.

Ternyata, kota kami memang sudah rawan dengan genangan air. Baiknya, ketika telah melewati Mess Pertiwi tersebut, tidak ada genangan air yang cukup berarti hingga akhirnya aku dan temanku sampai kembali ke kantor.

Sebuah pertanyaan pun timbul selama perjalanan tersebut, bagaimana bisa, kota yang katanya Metropolitan harus bertarung melawan genangan air? setelah sedikit berfikir, ternyata kesimpulannya adalah kota aku sudah kurang pepohonan yang berfungsi untuk menyerap air ataupun daerah-daerah yang bisa menampung air. Semuanya sudah berganti rumah ataupun ruko-ruko yang bertingkat.

Seharusnya, pembangunan ruko ataupun rumah-rumah tersebut memperhatikan dampak yang akan timbul jika tidak ada sarana yang berfungsi untuk menampung ataupun menyerap air hujan. Jika sarana tersebut tidak ada, maka hasilnya genangan air seperti ini akan terus terjadi dan bahkan berulang. Tentunya tidak lucu kalau setiap hujan, masyarakat harus menikmati banjir yang mungkin bukan salah mereka.

Seharusnya pemerintah kota atau pemerintah provinsi mengantisipasi genangan air tersebut dan mencari solusi. Jangan sampai kota kami ini menjadi seperti DKI Jakarta yang mengalami banjir tanpa adanya penyelesaian sampai saat ini. Tentunya, warga juga pada akhirnya yang akan merasakan dampak dari banjir tersebut.
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo